
BUANG SAMPAH PADA TEMPATNYA,
TEMPATNYA DI MANA?
Buang sampah pada Tempatnya itu bagus, bahkan lebih bagus sekali disediakan tempat sampah terpilah.
Tapi itu untuk masjid/rumah ibadah, mini market, kantor2, sekolah2, pondok2, pasar, stasiun, bandara, & fasilitas publik lainnya.
Tidak untuk Rumah tangga. Mengapa??
Setelah tempat sampah di rumah penuh, biasanya sampah diambil, diangkut & dikirim ke TPA (dg iuran2 tentunya). Dan ternyata ini yg bikin penuh TPA. 65 % - 80 % sampah di TPA berasal dari Rumah Tangga.
Dulu sebelum Rumah Tangga kirim sampah ke TPA, semuanya baik2 saja. Dan kini sebaliknya, hampir semua TPA Overload gara2 kiriman dari Rumah Tangga.
Mereka yg tidak iuran biasanya akan memindahkannya secara mandiri. Ke TPA jelas tidak mungkin, kemana dong? Harusnya ke TPS klo ada. Namun infrastruktur TPS inilah yg tidak ada/jarang, sehingga lahir TPS2 dadakan di pinggir jalan, pinggir sungai, & berbagai tempat lainnya.
Apakah itu sembarangan? Ah tidak, masyarakat sudah berusaha buang sampah pada tempatnya, tapi... Tempatnya dimana?
Berbeda dengan Iuran Sampah komunal (pasar, sekolah, masjid, pabrik, dll) yg tidak masalah dg kelancaran meskipun mahal (Ratusan ribu sampai jutaan)...
Iuran Sampah Rumah biasanya murah (belasan sampai puluhan ribu saja), itupun sering ngadat. Sehingga jelas berpengaruh ke pengambilan. Iuran ngadat, tapi protes jika ngangkutnya terlambat.
Ditambah beberapa TPA disegel, semakin ngadat & muncul lebih banyak masalah.
Entah sudah berapa banyak BumDes bangkrut gara2 usahanya angkut2 sampah Rumah Tangga.
Sumber pendapatan dari iuran jelas tidak seimbang dg biaya2 yg harus dikeluarkan dari transportasi untuk jemput sampah & mengantarkannya ke TPA. Juga Biaya TPA. Untuk mengakali, biasanya ada yg sengaja dicecerkan sedikit2 di jalan agar timbangan di TPA lebih ringan.
Itu belum biaya perawatan kendaraan & tenaga kerja.
BumDes yg bertahan biasanya ada kucuran dana dari DD.
Yg sukses, biasanya memilih angkut sampah komunal, daripada Rumah Tangga
Ada yg dikirim ke TPST / TPS 3R, Bank Sampah, ataupun Penggiat2 Lingkungan. Masyarakat biasanya merasa jadi pahlawan karena sdh membantu. Namun karena lebih seringnya tercampur, alih2 membantu yg ada justru malah merepotkan Relawan2.
Ada yg sembarangan ke pantai, sungai, dll yg juga bikin repot Relawan2. Dan lain seterusnya...
Mengutip kosakata dari dr Tary, sudah saatnya kita tidak KABUL (Kumpul, Angkut, Buang, Lupakan) Lagi.
Tapi ketika akan nyampah (termasuk ketika akan buang sampah pada tempatnya) selalu bertanya...
Kemana sampahku akan berakhir?
Kemana sampahku pergi?
Di mana sampahku akan berada?
Di manakah tempatnya?

Dipost : 17 Desember 2025 | Dilihat : 5
Share :